Sabtu, 06 November 2010

Inflasi Semakin Terdorong Meninggi

Dipekirakan oleh Darmin Nasution laju inflasi pada tahun mendatang akan terus meningkat, hal imni akibat dari adanya penyesuaian terhadap administered prices. Dia juga menghimbau agar BI berusaha untuk menjaga laju inflasi tersebut, denga cara menjaga agar uang tidak terlalu beredar luas.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution memperkirakan laju inflasi tahun depan akan meningkat karena dorongan inflasi mulai meninggi dalam beberapa tahun terakhir akibat penyesuaian terhadap administered prices.

“Dorongan inflasi mulai meninggi dalam beberapa tahun terakhir karena administered prices (harga yang ditetapkan pemerintah) relatif tinggi,” ujarnya saat penyampaian jawaban pemerintah atas kondisi asumsi makroekonomi RAPBN 2011 dengan komisi XI DPR di Jakarta, Senin (20/9/2010) malam.

Harga yang ditetapkan pemerintah yang dimaksud antara lain faktor tarif dasar listrik, tarif tol, dan sektor jasa lainnya.

Untuk itu, ia menambahkan, BI sebagai badan moneter tetap berusaha menjaga laju inflasi dengan mengusahakan uang beredar tidak terlalu banyak hingga mengubah kebijakan dengan menaikkan giro wajib minimum (GWM). “Kita mengurangi likuiditas agar tidak berlebihan di pasar dan tidak mendorong inflasi,” ujar Darmin.

Selain itu, BI juga tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) tetap berada di angka 6,5 persen.

Ia juga mengatakan agar pemerintah terus mewaspadai inflasi yang disebabkan oleh persediaan barang (volatile foods) yang bermasalah akibat perubahan iklim dan musim. “Harga cabe dan bawang sempat meningkat, harga internasional terigu, beras, dan palm oil juga meningkat akibat musim dan ini di,luar kendali siapa pun,” ujar Darmin.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statisitik (BPS) Rusman Heriawan menambahkan, laju inflasi sebesar 2,78 persen pada tahun 2008 sulit dicapai kembali karena angka inflasi tersebut terbantu oleh adanya krisis global. “Angka tersebut sulit dicapai lagi karena waktu itu ada krisis,” ujarnya.

Menurut dia, berdasarkan pengalaman dalam sepuluh tahun terakhir, apabila pertumbuhan ekonomi ditargetkan di atas enam persen, laju inflasi tidak mencapai angka di bawah lima persen. “Jadi, kalau kita menargetkan pertumbuhan 6,3 persen, itu merupakan klasifikasi optimistis, apalagi tahun 2011 negara-negara dunia mulai memperbaiki ekonominya dan kecenderungan harga komoditas naik,” ujar Rusman.

Pemerintah dalam RAPBN 2011 menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, nilai tukar Rp 9.300 per dollar AS, inflasi 5,3 persen, suku bunga SBI tiga bulan 6,5 persen, harga minyak 80 dollar AS per barrel, dan lifting 0,970 juta liter per hari.


Sumber : Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar