Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.
Instrument kebijakan yang biasanya diadopsi untuk
mengurangi tingkat pengangguran adalah ekspansi permintaan agregat (aggregate
demand) dan kebijakan industrialisasi, baik dalam skala modal besar maupun
skala menengah. Bagaimana pun juga, kebijakan ini akan menjadi lebih efektif
bila perspektif yang digunakan adalah dalam konteks pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan pengembangan UKM (usaha kecil dan menengah). Hal ini akan
memberikan manfaat yang lebih besar pada sebagian besar masyarakat. Kondisi
makroekonomi dan ketidakseimbangan eksternal, dimana tidak memungkinkan adanya
perluasan permintaan agregat domestik secara signifikan, juga akan memperkuat
kebijakan tersebut.
Contoh kasus UKM yang
memiliki Resiko
Dalam suatu usaha saat mengelola suatu produk yang akan
dihasilkan dari barang itu belum jadi atau belum siap dipakai menjadi siap jadi
atau siap dipakai. Sebagai salah satu contoh dari banyaknya jenis usaha kecil
menengah (UKM) di Indonesia yang memiliki resiko adalah usaha pembuatan
kerupuk. Sebut saja pabrik ini "irma krupuk". Pabrik ini menjual
kerupuk dalam jumlah besar tiap harinya. Sudah banyak distributor dari kerupuk
ini. Pabrikini awalnya hanya sedikit memproduksi kerupuk namun karena semakin
hari permintaan akan krupuk meningkat maka produksi kerupuk ini akhirnya
semakin pesat. Namun saat permintaan akan kerupuk semakin banyak makan resiko
yang dihadapi pabrik ini juga semakin besar. Dulunya pembuatan kerupuk pada pabrik
ini dengan cara dijemur saat adonan kerupuk sudah mulai dibentuk
melingkar-lingkar namun karena permintaan akan kerupuk semakin banyak pabrik
ini sekarang menggunakan oven khusus untuk mengeringkan kerupuknya sehingga
produksinya semakin cepat dan semakin rendah pula resikonya. Jika pabrik ini
memakai cara pengeringgannya dengan menjemur adonan kerupuk yang sudah jadi
dibawah sinar matahari makan UKM ini akan menghadapi resiko yang cukup besar.
Bicara soal cuaca, pabrik ini harus menyesuaikan cuaca saat menjemur kerupuk
karna itu resiko yang akan dihadapi UKM ini termasuk dalam resiko tidak
disengaja karena UKM ini tidak dapat memprediksi cuaca yang akan datang
tersebut. Syukur saat cuaca sedang terik maka kerupuk tersebut dapat dijemur
namun saat cuaca mendung dan hujan maka penjemuran kerupuk tersebut harus di
hentikan sejenak. Maka timbul lah ide untuk menjemur kerupuk tersebut di oven
maka resiko yang dialami UKM tersebut akan terminimalis.